Saung Angklung Udjo sejak 18 November sudah mendapatkan panggung di komplek kebudayaan Katara, Doha, Qatar, tiap malam dengan jadwal pentas pukul 18.00-20.00 waktu lokal dan ANTARA pada Sabtu berkesempatan untuk menyaksikan langsung pentas mereka.
Bahkan sebelum pentas betul-betul dimulai kerumunan yang memang didominasi warga diaspora Indonesia di Qatar sudah mengelilingi panggung Saung Angklung Udjo di pelataran Al Ibdaa.
Prosesi check sound yang dilakukan oleh para pemain Saung Angklung Udjo juga sudah menarik pengunjung Katara lainnya untuk mampir di depan panggung lantaran suara unik alat musik yang terbuat dari bambu itu.
Pentas pada Sabtu ini tergolong istimewa karena untuk tiga hari terakhir hingga Senin (28/11) nanti, jadwal tampil selalu dibuka dengan pertunjukan tari-tarian daerah seperti Tari Saman yang ditampilkan oleh anak-anak diaspora Indonesia yang tergabung dalam Rumah Seni Al Khor.
Selepas tari-tarian daerah, pentas dibuka dengan Saung Angklung Udjo membawakan lagu "Heal the World" yang dipopulerkan mendiang Michael Jackson disusul medley lagu-lagu daerah Indonesia.
Saung Angklung Udjo kemudian berduet dengan anak-anak Rumah Seni Al Khor memainkan beberapa lagu daerah yang lebih sederhana seperti "Manuk Dadali" dan "Yamko Rambe Yamko".
Ketika lagu "Kopi Dangdut" dimainkan, Saung Angklung Udjo sukses mengajak kerumunan penonton yang ada di pelataran Al Ibdaa asyik mahsyuk bergoyang dengan nada-nada yang memang amat memancing pinggul untuk bergerak-gerak.
Pentas Saung Angklung Udjo ditutup dengan pertunjukan atraktif di mana sejumlah angklung dibagikan di antara para penonton yang diajari untuk memainkan alat musik dari bambu itu.
Meski sempat terbata-bata, para penonton tampak antusias untuk mengikuti instruksi dari para personel Saung Angklung Udjo untuk mempelajari cara memainkan angklung.
Pentas Saung Angklung Udjo di komplek kebudayaan Katara merupakan salah satu bentuk misi kebudayaan yang diusung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Doha.
Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Doha, Ali Murtado, mengungkapkan bahwa upaya pihaknya untuk memperoleh slot pertunjukan kebudayaan dalam rangkaian Piala Dunia 2022 cukup berat mengingat Indonesia bukan negara peserta turnamen.
"Prioritasnya memang untuk negara-negara peserta Piala Dunia dulu, kemudian setelah itu negara-negara nonpeserta di Jazirah Arab, baru sesudahnya negara-negara lain," kata Ali saat ditemui di sela-sela penampilan Saung Angklung Udjo, Sabtu.
Kendati demikian, Ali mengaku cukup lega pada akhirnya Indonesia memperoleh alokasi panggung pertunjukan kebudayaan di Katara selama Piala Dunia 2022.
Selain Saung Angklung Udjo, Indonesia juga mendapatkan anjungan lain untuk memamerkan warisan budaya batik pada 1-8 Desember nanti di komplek kebudayaan Katara.
Keberhasilan memperoleh alokasi panggung dan anjungan kebudayaan tersebut tentunya bisa membantu langkah awal pengenalan budaya Indonesia yang akan menjadi negara mitra Qatar Year of Culture 2023. Year of Culture adalah program sosiokultural pemerintah Qatar.
Baca juga: Napak tilas singkat sejarah Piala Dunia di FIFA Museum
Baca juga: Qatar sulap salah satu taman tertuanya jadi lokasi FIFA Fan Festival
Baca juga: Bocah Indonesia jadi pendamping Ronaldo jelang pecahkan rekor
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2022